Sebelum mengikuti uji kompetensi dalam proses sertifikasi konstruksi, peserta biasanya akan mengikuti kegiatan pembekalan pra-sertifikasi. Meski sering dianggap sebagai tahap awal yang sederhana, pembekalan ini justru menjadi fondasi penting agar peserta lebih siap menghadapi uji kompetensi.
Lalu, sebenarnya apa saja yang dipelajari dalam kegiatan ini?
1. Pemahaman Dasar Kompetensi Sesuai Bidang
Peserta akan dibekali dengan materi kompetensi teknis sesuai dengan bidang kerja masing-masing. Contohnya:
- Tukang batu diajari teknik pemasangan bata yang sesuai standar.
- Tukang las belajar tentang pengelasan yang aman dan sesuai spesifikasi.
- Mandor memahami cara membaca gambar kerja dan mengatur alur kerja di lapangan.
Materi ini merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
2. Penguatan Pemahaman Gambar Kerja
Banyak tenaga kerja belum sepenuhnya menguasai cara membaca gambar teknik bangunan. Di pembekalan, peserta akan belajar:
- Membaca denah, tampak, dan potongan.
- Menginterpretasi simbol dan skala gambar.
- Menyesuaikan pekerjaan dengan detail yang ada pada gambar kerja.
3. Pengenalan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Aspek K3 selalu menjadi bagian penting dalam setiap pekerjaan konstruksi. Peserta akan diberi pemahaman tentang:
- Alat Pelindung Diri (APD)
- Prosedur kerja aman
- Tindakan pencegahan kecelakaan kerja
Tujuannya agar peserta memiliki budaya kerja yang aman dan profesional.
4. Simulasi Uji Kompetensi
Untuk membiasakan peserta dengan format uji kompetensi, dilakukan simulasi atau latihan soal, baik secara:
- Tertulis (tes teori)
- Praktik langsung (pekerjaan teknis)
- Wawancara kompetensi
Dengan latihan ini, peserta akan tahu apa yang dihadapi saat uji sesungguhnya, sehingga tidak gugup dan lebih percaya diri.
5. Peningkatan Soft Skills
Beberapa pembekalan juga menyisipkan materi komunikasi kerja, manajemen waktu, dan kerja tim. Ini penting terutama bagi calon mandor atau teknisi ahli, yang membutuhkan kepemimpinan dan keterampilan interpersonal.